Selasa, 30 November 2010

Bahasa Jawa : Kaya Namun Tak Terjaga

Dalam pengantar novel Sampar, NH. Dini sebagai penerjemah mengemukakan pengalaman berikut :

Pengalaman ‘menggauli’ Albert Camus hingga terjemahan ini selesai, sangat memperkaya batin saya. Bahasa Perancis jauh lebih berumur daripada Bahasa Indonesia. Liku-liku teknik dan nuansanya hanya dapat disejajarkan dengan bahasa yang saya kenal dengan baik, yaitu Bahasa Jawa. Dan Camus memiliki gayanya yang khas, yang amat sukar untuk diremehkan atau diganti dengan kata atau kalimat ‘sederhana namun terjual’. Seperti mungkin dikehendaki oleh para penerbit tertentu (2006:v)

Pernyataan tersebut memilki dua sisi interpretasi. Pertama, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang masih baru dan belum memiliki ‘kesepadanan’ nuansa dengan Bahasa Perancis. Kedua, Bahasa Jawa sudah berumur dan memilki ‘kesepadanan’ nuansa dengan Bahasa Perancis..
Bahasa yang ‘kaya’ tersebut cenderung ditinggalkan oleh keluarga-keluarga muda karena mereka beralih ke Bahasa Indonesia untuk komunikasi dalam keluarganya. Jika hal tersebut terjadi kira-kira 50 atau 100 tahun mendatang. Generasi di masa datang itu akan menuduh generasi kita saat ini tidak memiliki kesanggupan mewariskan kekayaan budaya yang sangat bernilai.
Bahasa Jawa adalah salah satu dari 700-an bahasa yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki bahasa daerah terbanyak Kedua setelah Papua Nugini. Keragaman bahasa yang terdapat diseluruh dunia merupakan kekayaan dunia. Punahnya bahasa, terutama yang belum memiliki tradisi tulis, berarti punahnya peradaban manusia yang pernah ada di muka bumi ini. Oleh karena itu, UNESCO mengeluarkan resolusi Nomor 54 dan 99 tentang pemakaian bahasa itu sebagai bahasa pengantar pendidikan ( Ghozali, 2006: 57)

Sumber : Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Daerah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar