BAB II
PERMASALAHAN
Dewasa ini banyak anak yang berkebutuhan khusus. Baik anak yang mempunyai penyimpangan keatas (kemampuan diatas rata-rata) maupun penyimpangan ke bawah ( kemampuan dibawah rata-rata). Penyimpangan ke bawah ini banyak bentuknya, seperti tuna netra, tuna laras, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, dll. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Faktor tersebut antara lain faktor sebelum kelahiran, saat kelahiran, dan sesudah kelahiran. Perkembangan zaman yang semakin maju disusul dengan berbagai tingkat kemiskinan mengakibatkan kurangnya gizi pada bayi dalam kandungan yang berpotensi menjadi penyebab ketunaan.
Anak-anak dalam kategori anak berkebutuhan khusus dalam proses belajarnya tidak dapat diperlakukan sama seperti pada anak normal lainnya. Jika diperlakukan sama tentu akan berdampak pada aspek pengembangan dirinya yang mungkin akan terhambat atau bahkan tidak berkembang sama sekali. Oleh karena alasan tersebut maka penting akan adanya sekolah luar biasa (SLB) yang memang adalah sekolah khusus yang diperuntukkan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Di SLB anak akan dididik sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut. Sampai sekarang ada lima jenis SLB yaitu SLB A untuk tuna netra, SLB B untuk tuna rungu, SLB C untuk tuna grahita, SLB D untuk tuna laras, dan SLB E untuk tuna daksa.
SLB B/C YKGR Bayat adalah salah satu SLB di kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. SLB ini khusus untuk anak-anak tuna rungu dan tuna grahita dari tingkat TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMLB.
Dari banyak anak ketunaan yang mengenyam mendidikan di SLB B/C YKGR Bayat, Irfan adalah satunya. Irfan sudrajat adalah salah satu anak tuna rungu sekaligus tuna wicara kelas 2 SD. Ia menderita tuna rungu sejak ia dilahirkan.
Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau Sebagian daya pendengarannya, sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Secara fisik , anak tunarungu tidak berbeda dengan anak –Anak dengar pada umumnya, sebab orang akan mengetahui Bahwa anak menyandang ketunaruguan pada saat berbicara, mereka berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya, atau bahkan tidak berbicara sama sekali, mereka berisyarat.
Proses pembelajaran pada tiap tingkat satuan pendidikan formal biasa dari SD, SMP, maupun SMA berbeda-beda dan tidak boleh disamakan. Begitu pun dengan pelayanan pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan khususnya anak berkebutuhan khusus tidak sama pada tingkat satuan pendidikan formal biasa.
Beberapa permasalahan yang saya ajukan dalam observasi pelayanan terhadap salah satu anak berkebutuhan khusus yang saya laksanakan di SLB B/C YKGR Bayat antara lain :
1. Faktor apa yang dapat menyebabkan salah satu anak di SLB B/C YKGR Bayat yang bernama Irfan Sudrajat tersebut menderita tuna rungu?
2. Bagaimana anak berkebutuhan khusus dengan kategori B (tuna rungu) tersebut melakukan adaptasi dilingkungannya yang kompleks?
3. Layanan pembelajaran yang seperti apa yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus dengan kategori B (tuna rungu) tersebut sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan serta bakatnya?
BAB III
DESKRIPSI DATA
A. HASIL OBSERVASI
1. Observasi Lingkungan Fisik
a. Observasi Sekolah
SLB Bayat adalah salah satu SLB yang ada di kecamatan Bayat kebupaten Klaten, Jawa Tengah. SLB B/C YKGR Bayat terletak di. Tepat di samping SLB B/C YKGR Bayat terdapat kantor polisi Bayat. Dan disampingnya adalah jalan yang biasa untuk berlalu lintas kendaraan. Dari luar SLB B/C YKGR Bayat ini mungkin akan sedikit sulit untuk dicari. Karena memang keberadaan SLB B/C ini yang menjorok dan SLB B/C ini pun tak mempunyai halaman sehingga sekilas tidak akan tampak seperti sebuah sekolahan. Namun jika mulai masuk ke dalam meski tidak terlalu besar namun SLB ini sudah termasuk SLB yang bagus.
SLB B/C YKGR Bayat ini mencakup TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMLB. SLB B/C YKGR Bayat ini telah melaksanakan tugasnya dalam mendidik anak bangsa selama kurang lebih sepuluh tahun. Dimulai sejak tahun 2000. Meskipun masih tergolong sekolah yang belum lama berdiri namun SLB ini telah mampu menghasilkan sejumlah prestasi yang membanggakan. Diantaranya menjuarai beberapa lomba melukis pada tingkat kabupaten.
Sampai saat ini SLB B/C YKGR Bayat telah mengelola siswa dengan jumlah 54 orang siswa. Berikut adalah jumlah siswa masing-masing dari tingkat TKLB sampai dengan SMLB yang disajikan dalam bentuk chart.
Jumlah siswa tuna rungu untuk TK dan SD LB adalah 32 siswa dan jumlah siswa tuna grahitanya adalah 20 siswa. Sedang untuk SMP LB jumlah siswa tuna rungu adalah 3 siswa dan siswa dengan tuna grahita yakni 4 orang. Untuk SMA LB jumlah siswa tuna rungu yaitu 2 siswa sedang tuna grahita 4 siswa. Di lihat dari data tersebut tampak jumlah siswa TK dan SD LB Bayat lebih tinggi yakni mencapai 50 lebih anak bila dibandingkan dengan SMP dan SMA yang masing-masing tidak lebih dari 10 siswa.
Tentu dalam proses pembelajarannya SLB B/C YKGR Bayat didukung oleh tenaga kependidikan yang mayoritas sudah lulusan dari strata 1 (S1) Pendidikan Luar Biasa. Tenaga kependidikan tersebut terdiri dari :
1. Kepala Sekolah : 1 orang
2. Tenaga Pendidik : 13 orang, guru kelas
3. Tenaga Adminstrasi : 1 orang
Pada Proses pembelajaran SLB B/C YKGR Bayat dinilai mampu menjalankan proses pembelajaran sesuai kurikulum yang harus disesuaikan dengan kharakteristik dari anak didik tersebut. Dalam proses pembelajarannya juga telah menanamkan keterampilan-keterampilan dalam membuat kerajinan-kerajinan yang akan bermanfaat bagi peserta didik dikemudian hari.
b. Observasi Ruang Kelas
SLB B/C YKGR Bayat ini terdiri dari_ruang, antaralain:
1)_Ruang kelas
Ruang kelas pun bermacam-macam. Ada satu ruang kelas hanya digunakan untuk satu anak. Ada juga ruang kelas di gunakan untuk beberapa anak dengan kelas yang berbeda. Untuk siswa SDLB kelas bawah ditempatkan di satu ruangan. Masing-masing dibatasi dengan skat dengan menggunakan papan seperti triplek. Media dalam kelas pun sangat sederhana. Contohnya untuk kelas 1 dan 2 hanya terdapat white board dengan meja kursi untuk guru dan siswa sebanyak empat buah. Serta papan absensi siswa.
Berbagai media bermain siswa sengaja ditempat di dalam ruang kelas di karenakan sekolahan ini tidak mempuyai halaman yang cukup untuk menempatkan media dan alat bermain siswa seperti ayunan dsb.
2) Ruang Guru
Di ruang guru terdapat beberapa meja dan kursi guru. Ruang ini selain sebagai ruang guru juga merupakan ruang yang dipergunakan untuk praktek menari siswa-siswa SLB B/C YKGR Bayat. Ada guru khusus yang sengaja didatangkan untuk melatih menari murid-murid.
3) Ruang Kepala Sekolah
4) Ruang Keterampilan
Di ruang keterampilan dipajang berbagai macam hasil kerajinan tangan dari siswa-siswa baik dari tingkat SDLB, SLTPLB, maupun SMLB yang semuanya telah mampu menghasilkan karajinan-kerajinan tangan. Misal gantungan kunci dari kain flannel, hiasan-hiasan dari sedotan, kerajinan tangan dari kulit, dan lain-lain. Hasil kerajinan tangan yang dihasilkan cukup memiliki kualitas yang bagus. Pendidikan keterampilan bisa dibilang merupakan pendidikan pokok diSLB B/C YKGR Bayat ini. Diharapkan dengan memiliki keterampilan, dikemudian hari siswa-siswa berkebutuhan khusus ini dapat tetap survive menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan.
5)UKS
Sama seperti sekolah regular, SLB B/C YKGR Bayat ini juga memiliki Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang digunakan untuk merawat siswa atau guru yang sakit.
6)WC
SLB B/C YKGR Bayat ini mempunyai 3 buah WC. Dua diantaranya adalah WC untuk siswa, sedangkan 1 WC diperuntukkan khusus untuk guru atau tamu yang datang ke SLB B/C YKGR Bayat ini. WC untuk guru sengaja di kunci bila tidak sedang digunakan. Ini untuk mengantisipasi agar kebersihan WC tetap terjaga.
7) Ruang Bina Bunyi dan Irama?
2. Observasi Subjek
a. Penampilan Fisik Subjek
Sepintas penampilan fisik Irfan terlihat sama seperti anak-anak normal lainnya. Bahkan Irfan bisa dikategorikan mempunyai penampilan fisik yang menarik. Wajahnya yang ganteng tidak menampakkan bahwa dia adalah seorang anak tuna laras sekaligus tuna wicara. Irfan juga tergolong anak yang rapi dalam penampilan. Dengan tubuh yang tergolong tinggi di bandingkan anak seumurnya, Irfan juga mempunyai kulit yang kuning bersih. Rambut yang lurus serta terpotong rapi. Dari luar sudah tampak bahwa Irfan adalah anak yang aktif.
b. Aktifitas Subjek Dalam Kelas
Di dalam kelas Irfan tampak seorang anak yang aktif dan cukup akrab dengan ibu guru pendampingnya. Irfan pun termasuk anak yang pandai dalam berhitung. Penjumlahan dan pengurangan sudah dapat ia kuasai, bahkan nilai Irfan dalam berhitung tidak jarang mendapat nilai seratus. Padahal dua siswa lain yang satu kelas dengan Irfan yang juga adalah tuna laras sekaligus tuna wicara belum dapat berhitung dengan lancar seperti Irfan. Irfan juga termasuk anak dengan semangat belajar yang tinggi. Setiap dia menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dia meminta tugas lain lagi.
Irfan juga akrab dengan teman-teman satu kelasnya. Dalam pergaulan dengan teman sebaya Irfan tidak mendapat hambatan. Ia bergaul seperti siswa lainnya. Kepercayaan dirinya pun tergolong cukup tinggi. Sewaktu saya mencoba berkomunikasi dengannya, ia pun tak segan-segan menanggapi saya.
Di kelas Irfan tergolong anak yang rapi. Terlihat dari caranya merapikan pensil warna ke dalam tempat pensil setelah ia selesai mewarnai gambar. Juga terlihat dari bukunya yang meskipun sudah menginjak akhir semester dua namun masih tetap rapi. Belakang bukupun tak ada coretan-coretan yang biasa anak-anak lakukan, bahkan orang dewasapun sering melakukannya.
B. Hasil Interview
a. Interview dengan Subjek
b. Interview dengan Guru
Menurut Rumini S.Pd, guru pendamping Irfan dan kedua murid lainnya, Irfan tergolong anak yang pandai. Terutama dalam berhitung. Terbukti dengan nilai berhitung Irfan yang tidak jarang mendapatkan nilai 100. Padahal teman-teman satu kelasnya untuk menghitung penjumlahan atau pengurangan sederhana pun sulit. Dalam mewarnai Irfan juga sangat rapi dan juga bisa mengkombinasikan warna dengan baik.
Namun dalam satu kelas hanya Irfan yang belum atau mungkin tidak bisa mengeluarkan suara. Padahal dua orang temannya, meskipun hanya sedikit sudah bisa mengeluarkan suara. Hal ini menurut Rumini S.Pd dikarenakan Irfan tidak punya sisa pita suara, sementara kedua orang temannya masih mempunyai sedikit pita suara.
Menurut Ibu Rumini, guru pembimbing Irfan, faktor yang menyebabkan Irfan tuna rungu sekaligus tuna wicara adalah faktor sebelum kelahiran atau faktor saat kehamilan. Orangtua Irfan pernah bercerita kepada Ibu Rumini bahwa dulu saat hamil besar Ibu Irfan pernah ditendang oleh suaminya yang juga adalah ayah Irfan. Ayah Irfan seperti yang dikatakan oleh Ibu Irfan adalah seorang pemabuk. Diduga tendangan itu mengenai kepala Irfan yang masih di dalam kandungan yang mungkin mengenai bagian vital dari alat pendengarannya. Akibatnya Irfan sudah tuna rungu sejak ia dilahirkan. Padahal kedua orang kakaknya lahir serta tumbuh dengan normal. Hal ini membuktikan bahwa penyebab Irfan menderita tuna rungu sekaligus tuna wicara bukan karena faktor genetik atau faktor keturunan, melainkan faktor sebelum kelahiran.
Dulu sewaktu Irfan baru masuk sekolah untuk yang pertama kali, Irfan termasuk anak nakal. Irfan pun tak jarang menangis ketika ditinggal orangtuanya atau hal lain. Menurut ibu Rumini membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk Irfan bisa beradaptasi dengan guru, teman, atau pun lingkungan sekolahnya. Meskipun tergolong anak yang pandai, namun Irfan kurang mampu untuk mengelola emosi. Pada saat keinginannya tidak terpenuhi tidak jarang ia mengamuk. Hal ini menunjukkan kestabilan emosinya yang kurang baik.
BAB IV
EVALUASI LAYANAN PEMBELAJARAN
Anak dengan tuna rungu sekaligus tuna wicara harus diberikan layanan pembelajaran yang berbeda dari anak normal. Guru yang akan mengajar anak tuna rungu dan wicara ini harus menguasai layanan pembelajaran apa saja yang perlu diberikan kepada siswa-siswanya yang berkebutuhan khusus tersebut. Layanan pembelajaran yang bisa diberikan oleh guru untuk anak-anak tuna rungu bermacam-macam. Di SLB B/C YKGR Bayat macam-macam layanan pembelajaran untuk tuna rungu tersebut antara lain :
1. Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI)
Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) adalah pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, sehingga sisa-sisa pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak-anak tunarungu dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang penuh bunyi. Pembinaan secara sengaja yang dimaksud adalah bahwa pembinaan itu dilakukan secara terprogram; tujuan, jenis pembinaan, metode yang digunakan dan alokasi waktunya sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan pembinaan secara tidak sengaja adalah pembinaan yang spontan karena anak bereaksi terhadap bunyi latar belakang yang hadir pada situasi pembelajaran di kelas.
2. Artikulasi
3. Terapi Mendengar dan Terapi Berbicara
Terapi mendengar berfungsi untuk memasok kosa kata supaya anak tuna rungu bisa mengerti suatu kata. Sedangkan Terapi Berbicara atau Speak Terapy berfungsi untuk membantu pengucapan yang benar.
BAB V
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang saya dapatkan dari laporan hasil observasi terhadap salah seorang anak penderita tuna rungu serta tuna wicara tentang layanan pembelajaran serta proses adaptasi yang dilakukan, antara lain ;
- Faktor penyebab tuna rungu yang dialami anak yang bernama Irfan Sudrajat tersebut adalah karena faktor sebelum kelahiran. Yaitu adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang menyebabkan rusaknya organ vital dalam alat pendengaran.
- Penanaman konsep pada anak berkebutuhan khusus, khususnya yang menderita penyimpangan ke bawah lebih sulit dibanding penanaman konsep pada anak normal lain. Umumnya dibutuhkan waktu yang juga lebih lama.
- Pelayanan pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus tentu berbeda dengan pelayanan pendidikan yang diberikan kepada anak normal. Pelayanan pembelajaran yang diberikan pada anak tuna rungu antara lain : Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) dan terapi mendengar dan terapi berbicara (speak terapi). Layanan pembelajaran pada tuna rungu ini menitik beratkan pada kemampuan dalam beradaptasi dan berkomunikasi ditengah masyarakat yang majemuk.
- Sarana dan prasarana yang ada di SLB B/C YKGR Bayat belum memenuhi standar yang dibutuhkan.
2. Saran
Setelah menyimpulkan dari hasil observasi dan interview di SLB B/C YKGR Bayat, saran yang dapat saya ajukan untuk pembelajaran lebih obtimal antaralain :
1. Guru dalam proses pembelajaran harus seoptimal mungkin menggunakan sarana dan prasarana yang ada.
2. Seoptimal mungkin mengusahakan pengadaan sarana dan prasarana yang belum ada yang memang penting diperlukan dalam proses pembelajaran dan penting dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa.
3. Dalam proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pengembangan diri siswa.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
a. GUIDE OBSERVASI
b. GUIDE INTERVIEW
c. SURAT DARI SEKOLAH TELAH MELAKUKAN OBSERVASI DAN INTERVIEW
d. DOKUMENTASI OBSERVASI DAN INTERVIEW (Foto dan CD)
Guide Observasi
1. Lokasi Sekolah
2. Lingkungan Fisik Sekolah
3. Riwayat Berdiri Sekolah
4. Jumlah ruang dan fasilitas yang dimiliki
5. Jumlah guru dan staf pengajar
6. Jenis layanan yang diberikan
7. Materi yang diberikan
Guide interview
A. Interview bagi Guru/ Orang tua
1. Sejak kapan subjek diketahui mengalami ketunaan?
2. Apakah yang menyebabkan subjek mengalami ketunaan? apakah keturunan atau karena ada faktor lain?
3. Sudah berapa lama subjek bersekolah di SLB?
4. Di SLB pendidikan yang diikuti subjek setara dengan kelas berapa jika disekolah umum?
5. Apakah ada perkembangan selama mengikuti pendidikan di SLB?
6. Perkembangan yang dialami subjek misalnya dalam aspek apa?
7. Pembelajaran/ materi apa saja yang diberikan kepada subjek?
8. Layanan apa saja yang diberikan kepada subjek, baik umum maupun layanan khususnya?
9. Ketrampilan apa saja yang sudah dikuasai subjek?
10. Bagaimana sosialisasi subjek dengan orang lain, baik dengan guru, teman sekelas maupun dengan orang asing?
11. Seperti apakah sikap dan perilaku subjek selama disekolah?
12. Bagaimana dampak ketunaan subjek terhadap perilakunya?
B. Interview dengan Subjek
1. Nama
2. Umur
3. Nama anggota keluarga
4. Yang mengantar dan menjemput sekolah
5. Nama ibu Guru
6. Nama teman-teman
7. Hobbi
8. Cita-cita