Selasa, 30 November 2010

Bahasa Jawa : Kaya Namun Tak Terjaga

Dalam pengantar novel Sampar, NH. Dini sebagai penerjemah mengemukakan pengalaman berikut :

Pengalaman ‘menggauli’ Albert Camus hingga terjemahan ini selesai, sangat memperkaya batin saya. Bahasa Perancis jauh lebih berumur daripada Bahasa Indonesia. Liku-liku teknik dan nuansanya hanya dapat disejajarkan dengan bahasa yang saya kenal dengan baik, yaitu Bahasa Jawa. Dan Camus memiliki gayanya yang khas, yang amat sukar untuk diremehkan atau diganti dengan kata atau kalimat ‘sederhana namun terjual’. Seperti mungkin dikehendaki oleh para penerbit tertentu (2006:v)

Pernyataan tersebut memilki dua sisi interpretasi. Pertama, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang masih baru dan belum memiliki ‘kesepadanan’ nuansa dengan Bahasa Perancis. Kedua, Bahasa Jawa sudah berumur dan memilki ‘kesepadanan’ nuansa dengan Bahasa Perancis..
Bahasa yang ‘kaya’ tersebut cenderung ditinggalkan oleh keluarga-keluarga muda karena mereka beralih ke Bahasa Indonesia untuk komunikasi dalam keluarganya. Jika hal tersebut terjadi kira-kira 50 atau 100 tahun mendatang. Generasi di masa datang itu akan menuduh generasi kita saat ini tidak memiliki kesanggupan mewariskan kekayaan budaya yang sangat bernilai.
Bahasa Jawa adalah salah satu dari 700-an bahasa yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki bahasa daerah terbanyak Kedua setelah Papua Nugini. Keragaman bahasa yang terdapat diseluruh dunia merupakan kekayaan dunia. Punahnya bahasa, terutama yang belum memiliki tradisi tulis, berarti punahnya peradaban manusia yang pernah ada di muka bumi ini. Oleh karena itu, UNESCO mengeluarkan resolusi Nomor 54 dan 99 tentang pemakaian bahasa itu sebagai bahasa pengantar pendidikan ( Ghozali, 2006: 57)

Sumber : Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Daerah

Guruku Tidak Kalah Dengan Kuli

Menjadi seorang guru itu benar-benar tidak mudah! Gue ma ma temen-temen setuju dengan kalimat itu! Kemarin setelah observasi ma temen-temen ke salah satu SD di Surakarta, kami baru melihat langsung bagaimana perjuangan seorang guru dalam mendidik murid-muridnya. Guru terlihat seperti seorang sinetron, pemain film, pemain laga (loh?), ilmuan, pendongeng, tokoh komedi, tukang pos atau bahkan ustadz dan ustadzah. Pemain sinetron atau film pun pasti kalah dengan acting seorang guru dalam mengajar. Bahkan guru bisa menjadi sosok pengganti orangtua siswa di sekolah yang selalu memberi kasih sayang kepada muridnya (ya, walaupun tidak semua guru memilki kesadaran untuk berbuat demikian). Guru harus benar-benar mengerahkan segenap kemampuannya untuk membuat murid-murid yang diasuhnya paham akan materi yang diajarkan. Belum lagi kalau muridnya agak sulit untuk diajari, guru memerlukan tenaga ekstra untuk itu. Dan seperti yang kita tahu teman-teman bahwa setiap murid itu memiliki watak yang berbeda satu sama lain. Dan seorang guru dituntut untuk mengetahui dan mengerti watak setiap muridnya. Jika dalam satu kelas ada 30 siswa, berarti guru harus memahami watak mereka satu per satu. Gue fikir kita aja dalam memahami watak sahabat, teman, atau pacar masih sering kesulitan, bagaimana ya untuk bias memahami watak 30 siswa atau bahakan lebih? Kebayang bukan bagaimana perkasanya sosok seorang guru itu? Dalam hal ini guru sejajar dengan psikolog atau psikiater. Tidak hanya itu, guru juga tidak kalah kok dengan seorang kuli dalam memeras keringat. Dari hasil observasi yang gue lakukan, ada seorang guru yang sampai keringetan dalam mengajar! Padahal jika dihitung-hitung waktu itu belum ada satu jam mengajar. Tuhkan, ternyata guru juga tidak kalah dengan seorang kuli. Itu saja baru satu jam pelajaran, lalu bagaimana bila dikalikan dengan jumlah jam pelajaran per harinya??
Itu baru tugas mengajarnya disekolah. Diluar itu guru masih dituntut lagi untuk melakukan hal-hal lain diluar pelajaran. Misal penataran, rapat, seminar, atau bahkan dituntut untuk memiliki kualifikasi lebih.
Meski pun banyak guru-guru yang tidak bertanggungjawab diluar sana, tapi masih banyak juga guru-guru sejati yang memang mengabdikan dirinya sebagai ujung tombok dalam mencerdaskan bangsa ini. Salut untuk para guru sejati kita!!! Termakasih Bapak Ibu Guru…..

Contoh Observasi Anak Berkebutuhan Khusus

BAB II
PERMASALAHAN
Dewasa ini banyak anak yang berkebutuhan khusus. Baik anak yang mempunyai penyimpangan keatas (kemampuan diatas rata-rata) maupun penyimpangan ke bawah ( kemampuan dibawah rata-rata). Penyimpangan ke bawah ini banyak bentuknya, seperti tuna netra, tuna laras, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, dll. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Faktor tersebut antara lain faktor sebelum kelahiran, saat kelahiran, dan sesudah kelahiran. Perkembangan zaman yang semakin maju disusul dengan berbagai tingkat kemiskinan mengakibatkan kurangnya gizi pada bayi dalam kandungan yang berpotensi menjadi penyebab ketunaan.
Anak-anak dalam kategori anak berkebutuhan khusus dalam proses belajarnya tidak dapat diperlakukan sama seperti pada anak normal lainnya. Jika diperlakukan sama tentu akan berdampak pada aspek pengembangan dirinya yang mungkin akan terhambat atau bahkan tidak berkembang sama sekali. Oleh karena alasan tersebut maka penting akan adanya sekolah luar biasa (SLB) yang memang adalah sekolah khusus yang diperuntukkan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Di SLB anak akan dididik sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut. Sampai sekarang ada lima jenis SLB yaitu SLB A untuk tuna netra, SLB B untuk tuna rungu, SLB C untuk tuna grahita, SLB D untuk tuna laras, dan SLB E untuk tuna daksa.
SLB B/C YKGR Bayat adalah salah satu SLB di kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. SLB ini khusus untuk anak-anak tuna rungu dan tuna grahita dari tingkat TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMLB.
Dari banyak anak ketunaan yang mengenyam mendidikan di SLB B/C YKGR Bayat, Irfan adalah satunya. Irfan sudrajat adalah salah satu anak tuna rungu sekaligus tuna wicara kelas 2 SD. Ia menderita tuna rungu sejak ia dilahirkan.
Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau Sebagian daya pendengarannya, sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Secara fisik , anak tunarungu tidak berbeda dengan anak –Anak dengar pada umumnya, sebab orang akan mengetahui Bahwa anak menyandang ketunaruguan pada saat berbicara, mereka berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya, atau bahkan tidak berbicara sama sekali, mereka berisyarat.
Proses pembelajaran pada tiap tingkat satuan pendidikan formal biasa dari SD, SMP, maupun SMA berbeda-beda dan tidak boleh disamakan. Begitu pun dengan pelayanan pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan khususnya anak berkebutuhan khusus tidak sama pada tingkat satuan pendidikan formal biasa.
Beberapa permasalahan yang saya ajukan dalam observasi pelayanan terhadap salah satu anak berkebutuhan khusus yang saya laksanakan di SLB B/C YKGR Bayat antara lain :
1. Faktor apa yang dapat menyebabkan salah satu anak di SLB B/C YKGR Bayat yang bernama Irfan Sudrajat tersebut menderita tuna rungu?
2. Bagaimana anak berkebutuhan khusus dengan kategori B (tuna rungu) tersebut melakukan adaptasi dilingkungannya yang kompleks?
3. Layanan pembelajaran yang seperti apa yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus dengan kategori B (tuna rungu) tersebut sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan serta bakatnya?
BAB III
DESKRIPSI DATA
A. HASIL OBSERVASI
1. Observasi Lingkungan Fisik
a. Observasi Sekolah
SLB Bayat adalah salah satu SLB yang ada di kecamatan Bayat kebupaten Klaten, Jawa Tengah. SLB B/C YKGR Bayat terletak di. Tepat di samping SLB B/C YKGR Bayat terdapat kantor polisi Bayat. Dan disampingnya adalah jalan yang biasa untuk berlalu lintas kendaraan. Dari luar SLB B/C YKGR Bayat ini mungkin akan sedikit sulit untuk dicari. Karena memang keberadaan SLB B/C ini yang menjorok dan SLB B/C ini pun tak mempunyai halaman sehingga sekilas tidak akan tampak seperti sebuah sekolahan. Namun jika mulai masuk ke dalam meski tidak terlalu besar namun SLB ini sudah termasuk SLB yang bagus.
SLB B/C YKGR Bayat ini mencakup TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMLB. SLB B/C YKGR Bayat ini telah melaksanakan tugasnya dalam mendidik anak bangsa selama kurang lebih sepuluh tahun. Dimulai sejak tahun 2000. Meskipun masih tergolong sekolah yang belum lama berdiri namun SLB ini telah mampu menghasilkan sejumlah prestasi yang membanggakan. Diantaranya menjuarai beberapa lomba melukis pada tingkat kabupaten.
Sampai saat ini SLB B/C YKGR Bayat telah mengelola siswa dengan jumlah 54 orang siswa. Berikut adalah jumlah siswa masing-masing dari tingkat TKLB sampai dengan SMLB yang disajikan dalam bentuk chart.
Jumlah siswa tuna rungu untuk TK dan SD LB adalah 32 siswa dan jumlah siswa tuna grahitanya adalah 20 siswa. Sedang untuk SMP LB jumlah siswa tuna rungu adalah 3 siswa dan siswa dengan tuna grahita yakni 4 orang. Untuk SMA LB jumlah siswa tuna rungu yaitu 2 siswa sedang tuna grahita 4 siswa. Di lihat dari data tersebut tampak jumlah siswa TK dan SD LB Bayat lebih tinggi yakni mencapai 50 lebih anak bila dibandingkan dengan SMP dan SMA yang masing-masing tidak lebih dari 10 siswa.
Tentu dalam proses pembelajarannya SLB B/C YKGR Bayat didukung oleh tenaga kependidikan yang mayoritas sudah lulusan dari strata 1 (S1) Pendidikan Luar Biasa. Tenaga kependidikan tersebut terdiri dari :
1. Kepala Sekolah : 1 orang
2. Tenaga Pendidik : 13 orang, guru kelas
3. Tenaga Adminstrasi : 1 orang
Pada Proses pembelajaran SLB B/C YKGR Bayat dinilai mampu menjalankan proses pembelajaran sesuai kurikulum yang harus disesuaikan dengan kharakteristik dari anak didik tersebut. Dalam proses pembelajarannya juga telah menanamkan keterampilan-keterampilan dalam membuat kerajinan-kerajinan yang akan bermanfaat bagi peserta didik dikemudian hari.
b. Observasi Ruang Kelas
SLB B/C YKGR Bayat ini terdiri dari_ruang, antaralain:
1)_Ruang kelas
Ruang kelas pun bermacam-macam. Ada satu ruang kelas hanya digunakan untuk satu anak. Ada juga ruang kelas di gunakan untuk beberapa anak dengan kelas yang berbeda. Untuk siswa SDLB kelas bawah ditempatkan di satu ruangan. Masing-masing dibatasi dengan skat dengan menggunakan papan seperti triplek. Media dalam kelas pun sangat sederhana. Contohnya untuk kelas 1 dan 2 hanya terdapat white board dengan meja kursi untuk guru dan siswa sebanyak empat buah. Serta papan absensi siswa.
Berbagai media bermain siswa sengaja ditempat di dalam ruang kelas di karenakan sekolahan ini tidak mempuyai halaman yang cukup untuk menempatkan media dan alat bermain siswa seperti ayunan dsb.
2) Ruang Guru
Di ruang guru terdapat beberapa meja dan kursi guru. Ruang ini selain sebagai ruang guru juga merupakan ruang yang dipergunakan untuk praktek menari siswa-siswa SLB B/C YKGR Bayat. Ada guru khusus yang sengaja didatangkan untuk melatih menari murid-murid.
3) Ruang Kepala Sekolah
4) Ruang Keterampilan
Di ruang keterampilan dipajang berbagai macam hasil kerajinan tangan dari siswa-siswa baik dari tingkat SDLB, SLTPLB, maupun SMLB yang semuanya telah mampu menghasilkan karajinan-kerajinan tangan. Misal gantungan kunci dari kain flannel, hiasan-hiasan dari sedotan, kerajinan tangan dari kulit, dan lain-lain. Hasil kerajinan tangan yang dihasilkan cukup memiliki kualitas yang bagus. Pendidikan keterampilan bisa dibilang merupakan pendidikan pokok diSLB B/C YKGR Bayat ini. Diharapkan dengan memiliki keterampilan, dikemudian hari siswa-siswa berkebutuhan khusus ini dapat tetap survive menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan.
5)UKS
Sama seperti sekolah regular, SLB B/C YKGR Bayat ini juga memiliki Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang digunakan untuk merawat siswa atau guru yang sakit.
6)WC
SLB B/C YKGR Bayat ini mempunyai 3 buah WC. Dua diantaranya adalah WC untuk siswa, sedangkan 1 WC diperuntukkan khusus untuk guru atau tamu yang datang ke SLB B/C YKGR Bayat ini. WC untuk guru sengaja di kunci bila tidak sedang digunakan. Ini untuk mengantisipasi agar kebersihan WC tetap terjaga.
7) Ruang Bina Bunyi dan Irama?
2. Observasi Subjek
a. Penampilan Fisik Subjek
Sepintas penampilan fisik Irfan terlihat sama seperti anak-anak normal lainnya. Bahkan Irfan bisa dikategorikan mempunyai penampilan fisik yang menarik. Wajahnya yang ganteng tidak menampakkan bahwa dia adalah seorang anak tuna laras sekaligus tuna wicara. Irfan juga tergolong anak yang rapi dalam penampilan. Dengan tubuh yang tergolong tinggi di bandingkan anak seumurnya, Irfan juga mempunyai kulit yang kuning bersih. Rambut yang lurus serta terpotong rapi. Dari luar sudah tampak bahwa Irfan adalah anak yang aktif.
b. Aktifitas Subjek Dalam Kelas
Di dalam kelas Irfan tampak seorang anak yang aktif dan cukup akrab dengan ibu guru pendampingnya. Irfan pun termasuk anak yang pandai dalam berhitung. Penjumlahan dan pengurangan sudah dapat ia kuasai, bahkan nilai Irfan dalam berhitung tidak jarang mendapat nilai seratus. Padahal dua siswa lain yang satu kelas dengan Irfan yang juga adalah tuna laras sekaligus tuna wicara belum dapat berhitung dengan lancar seperti Irfan. Irfan juga termasuk anak dengan semangat belajar yang tinggi. Setiap dia menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dia meminta tugas lain lagi.
Irfan juga akrab dengan teman-teman satu kelasnya. Dalam pergaulan dengan teman sebaya Irfan tidak mendapat hambatan. Ia bergaul seperti siswa lainnya. Kepercayaan dirinya pun tergolong cukup tinggi. Sewaktu saya mencoba berkomunikasi dengannya, ia pun tak segan-segan menanggapi saya.
Di kelas Irfan tergolong anak yang rapi. Terlihat dari caranya merapikan pensil warna ke dalam tempat pensil setelah ia selesai mewarnai gambar. Juga terlihat dari bukunya yang meskipun sudah menginjak akhir semester dua namun masih tetap rapi. Belakang bukupun tak ada coretan-coretan yang biasa anak-anak lakukan, bahkan orang dewasapun sering melakukannya.
B. Hasil Interview
a. Interview dengan Subjek
b. Interview dengan Guru
Menurut Rumini S.Pd, guru pendamping Irfan dan kedua murid lainnya, Irfan tergolong anak yang pandai. Terutama dalam berhitung. Terbukti dengan nilai berhitung Irfan yang tidak jarang mendapatkan nilai 100. Padahal teman-teman satu kelasnya untuk menghitung penjumlahan atau pengurangan sederhana pun sulit. Dalam mewarnai Irfan juga sangat rapi dan juga bisa mengkombinasikan warna dengan baik.
Namun dalam satu kelas hanya Irfan yang belum atau mungkin tidak bisa mengeluarkan suara. Padahal dua orang temannya, meskipun hanya sedikit sudah bisa mengeluarkan suara. Hal ini menurut Rumini S.Pd dikarenakan Irfan tidak punya sisa pita suara, sementara kedua orang temannya masih mempunyai sedikit pita suara.
Menurut Ibu Rumini, guru pembimbing Irfan, faktor yang menyebabkan Irfan tuna rungu sekaligus tuna wicara adalah faktor sebelum kelahiran atau faktor saat kehamilan. Orangtua Irfan pernah bercerita kepada Ibu Rumini bahwa dulu saat hamil besar Ibu Irfan pernah ditendang oleh suaminya yang juga adalah ayah Irfan. Ayah Irfan seperti yang dikatakan oleh Ibu Irfan adalah seorang pemabuk. Diduga tendangan itu mengenai kepala Irfan yang masih di dalam kandungan yang mungkin mengenai bagian vital dari alat pendengarannya. Akibatnya Irfan sudah tuna rungu sejak ia dilahirkan. Padahal kedua orang kakaknya lahir serta tumbuh dengan normal. Hal ini membuktikan bahwa penyebab Irfan menderita tuna rungu sekaligus tuna wicara bukan karena faktor genetik atau faktor keturunan, melainkan faktor sebelum kelahiran.
Dulu sewaktu Irfan baru masuk sekolah untuk yang pertama kali, Irfan termasuk anak nakal. Irfan pun tak jarang menangis ketika ditinggal orangtuanya atau hal lain. Menurut ibu Rumini membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk Irfan bisa beradaptasi dengan guru, teman, atau pun lingkungan sekolahnya. Meskipun tergolong anak yang pandai, namun Irfan kurang mampu untuk mengelola emosi. Pada saat keinginannya tidak terpenuhi tidak jarang ia mengamuk. Hal ini menunjukkan kestabilan emosinya yang kurang baik.
BAB IV
EVALUASI LAYANAN PEMBELAJARAN
Anak dengan tuna rungu sekaligus tuna wicara harus diberikan layanan pembelajaran yang berbeda dari anak normal. Guru yang akan mengajar anak tuna rungu dan wicara ini harus menguasai layanan pembelajaran apa saja yang perlu diberikan kepada siswa-siswanya yang berkebutuhan khusus tersebut. Layanan pembelajaran yang bisa diberikan oleh guru untuk anak-anak tuna rungu bermacam-macam. Di SLB B/C YKGR Bayat macam-macam layanan pembelajaran untuk tuna rungu tersebut antara lain :
1. Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI)
Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) adalah pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, sehingga sisa-sisa pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak-anak tunarungu dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang penuh bunyi. Pembinaan secara sengaja yang dimaksud adalah bahwa pembinaan itu dilakukan secara terprogram; tujuan, jenis pembinaan, metode yang digunakan dan alokasi waktunya sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan pembinaan secara tidak sengaja adalah pembinaan yang spontan karena anak bereaksi terhadap bunyi latar belakang yang hadir pada situasi pembelajaran di kelas.
2. Artikulasi
3. Terapi Mendengar dan Terapi Berbicara
Terapi mendengar berfungsi untuk memasok kosa kata supaya anak tuna rungu bisa mengerti suatu kata. Sedangkan Terapi Berbicara atau Speak Terapy berfungsi untuk membantu pengucapan yang benar.
BAB V
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang saya dapatkan dari laporan hasil observasi terhadap salah seorang anak penderita tuna rungu serta tuna wicara tentang layanan pembelajaran serta proses adaptasi yang dilakukan, antara lain ;
- Faktor penyebab tuna rungu yang dialami anak yang bernama Irfan Sudrajat tersebut adalah karena faktor sebelum kelahiran. Yaitu adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang menyebabkan rusaknya organ vital dalam alat pendengaran.
- Penanaman konsep pada anak berkebutuhan khusus, khususnya yang menderita penyimpangan ke bawah lebih sulit dibanding penanaman konsep pada anak normal lain. Umumnya dibutuhkan waktu yang juga lebih lama.
- Pelayanan pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus tentu berbeda dengan pelayanan pendidikan yang diberikan kepada anak normal. Pelayanan pembelajaran yang diberikan pada anak tuna rungu antara lain : Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) dan terapi mendengar dan terapi berbicara (speak terapi). Layanan pembelajaran pada tuna rungu ini menitik beratkan pada kemampuan dalam beradaptasi dan berkomunikasi ditengah masyarakat yang majemuk.
- Sarana dan prasarana yang ada di SLB B/C YKGR Bayat belum memenuhi standar yang dibutuhkan.
2. Saran
Setelah menyimpulkan dari hasil observasi dan interview di SLB B/C YKGR Bayat, saran yang dapat saya ajukan untuk pembelajaran lebih obtimal antaralain :
1. Guru dalam proses pembelajaran harus seoptimal mungkin menggunakan sarana dan prasarana yang ada.
2. Seoptimal mungkin mengusahakan pengadaan sarana dan prasarana yang belum ada yang memang penting diperlukan dalam proses pembelajaran dan penting dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa.
3. Dalam proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pengembangan diri siswa.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
a. GUIDE OBSERVASI
b. GUIDE INTERVIEW
c. SURAT DARI SEKOLAH TELAH MELAKUKAN OBSERVASI DAN INTERVIEW
d. DOKUMENTASI OBSERVASI DAN INTERVIEW (Foto dan CD)
Guide Observasi
1. Lokasi Sekolah
2. Lingkungan Fisik Sekolah
3. Riwayat Berdiri Sekolah
4. Jumlah ruang dan fasilitas yang dimiliki
5. Jumlah guru dan staf pengajar
6. Jenis layanan yang diberikan
7. Materi yang diberikan
Guide interview
A. Interview bagi Guru/ Orang tua
1. Sejak kapan subjek diketahui mengalami ketunaan?
2. Apakah yang menyebabkan subjek mengalami ketunaan? apakah keturunan atau karena ada faktor lain?
3. Sudah berapa lama subjek bersekolah di SLB?
4. Di SLB pendidikan yang diikuti subjek setara dengan kelas berapa jika disekolah umum?
5. Apakah ada perkembangan selama mengikuti pendidikan di SLB?
6. Perkembangan yang dialami subjek misalnya dalam aspek apa?
7. Pembelajaran/ materi apa saja yang diberikan kepada subjek?
8. Layanan apa saja yang diberikan kepada subjek, baik umum maupun layanan khususnya?
9. Ketrampilan apa saja yang sudah dikuasai subjek?
10. Bagaimana sosialisasi subjek dengan orang lain, baik dengan guru, teman sekelas maupun dengan orang asing?
11. Seperti apakah sikap dan perilaku subjek selama disekolah?
12. Bagaimana dampak ketunaan subjek terhadap perilakunya?
B. Interview dengan Subjek
1. Nama
2. Umur
3. Nama anggota keluarga
4. Yang mengantar dan menjemput sekolah
5. Nama ibu Guru
6. Nama teman-teman
7. Hobbi
8. Cita-cita

Senin, 29 November 2010

BAB III POPULASI, SAMPEL, SAMPLING

A. Populasi
Margono (2007:118) mendefinisikan populasi merupakan keseluruhan data yang menjadi perhatian dalam ruang lingkup dan waktu tertentu, jadi populasi berkaitan dengan data bukan manusia. 
Menurut Sukardi (2007:119) populasi dapat dibedakan ke dalam :
1. Populasi Homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang relatif sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan berapa banyak sampel yang harus diambil. 
2. Populasi Heterogen, yakni populasi yang memilki unsur sangat bervariasi, sehingga p[erlu ditetapkan batas-batasnya baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
B. Sampel
Sugiono (2008:118) mendefinisikan sampel adalah bagian dari populasi yang memilki kharakteristik sama dengan polulasi. Studi sampel dilakukan dengan alasan:
1. jumlah populasi yang cukup besar sehingga peneliti tidak mampu meneliti secara keseluruhan.
2. Keterbatasan waktu dan biaya, sehingga populasi yang obyek dan subyek penelitiannya besar diperlukan sampel.
3. Masalah ketelitian, penelitian yang populasinya besar tidak menjamin ketelitian pengumpulan data, sehingga analisisnya based. Pada penelitian kecil peneliti akan terfokus pada teknik pengumpulan data, teknik pencatatan, teknik analisis, data sehingga lebih terpusat pada obyek penelitian.
4. Karena alasan ekonomi, penelitian pada sampel akan lebih ekonomis di banding penelitian populasi (Sudjana. 1975)
C. Sampling
Teknik Sampling adalah cara pengambilan sampel. Margono (2007:125) teknik sampling adalah cara menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang dijadikan sumber data dalam penelitian dengan memperhatikan sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
Macam teknik Sampling :
1. Probability Sampling
·         Simple Random Sampling, adalah teknik random dengan cara sederhana karena populasi sudah homogen, sehingga strata di dalam populasi tidak perlu diperhatikan secara detail. Pengambilan sampel cara ini dapat dilakukan dengan random, undian atau tabel bilangan random.
·         Stratified Random Sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memperhatikan strata di dalam populasi. Asumsi awal dipastikan populasi memiliki tingkatan, atau lapisan, atau berstrata, sehingga dengan mengambil sampel secara random (undian,, tabel bilangan random) akan diperoleh sampel yang representatif.
Contoh : jika peneliti mengambil populasi semua guru disuatu SMP maka sampel yang diambil meliputi guru dengan berbagai tingkatan pendidikan.
·         Cluster Random Sampling (Area Sampling), digunakan untuk penelitian yang sumber datanya terdapat dalam populasi yang sangat luas, misalnya penelitian mengenai penggunaan komputer di SD diseluruh Kabupaten Klaten. Karena tiap kabupaten terdiri dari berbagai kelurahan, dan setiap kelurahan terdiri dari berbagai desa, maka wilayah ditentukan secara random. Setelah sampel wilayah ditentukan baru menentukan jumlah orangnya atau key informannya secara random pula.
2. Non Probability Sampling
a. Accidental Sampling, adalah teknik pengambilan sampel dengan cara kebetulan yaitu siapa saja kebetulan menjumpai peneliti dan dipandang mampu memberikan informasi berkaitan dengan obyek maka orang tersebut dijadikan sampel sampai jumlah yang dikehendaki terpenuhi.
b. Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menentukan jumlah (quota) terlebih dahulu. Misalnya peneliti ingin meneliti mengenai kepuasan penduduk suatu wilayah mengenai kepuasan terhadap kepala daerahnya. Peneliti ingin mengambil 600 sampel, maka sebelum menemukan orang yang berjumlah 600 belum dikatakan syah.
c. Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu, misalnya penelitian pengguna kontrasepsi maka pertimbangan untuk menentukan sampel harus terpenuhi, misal wanita PUS, wanita peserta KB selama dua bulan, dll.
·         Menentukan besarnya sampel
Menurut Roscoe dalam Sugiono (2008) besarnya sampel penelitian digunakan rambu-rambu sebagai berikut :
a.       Berkisar antara 30 s/d 500 orang. Sampel kecil antara 30 s/d 100, sampel menengah antara 100 s/d 200, sampel besar antara 201 s/d 500.
b.      Bila sampel terdiri dari beberapa kategori (pegawai negeri, pedagang, POLRI) maka jumlah sampel tiap kategori minimal 30 orang.
c.       Jika analisis data menggunakan regresi ganda (multivariat), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali jumlah variabel yang diteliti. Misal jumlah variabel ada 5 (independent dan dependent) maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50
d.      Untuk penelitian eksperimen sederhana (ada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen) maka jumlah anggota sampel berkisar 10 s/d 20.









Konsep Dasar Penelitian


Skema Konsep Dasar Penelitian 


Rasa ingin tahu -> Bertanya -> Mendapatkan Pengetahuan -> Pengetahuan Ilmiah "ilmu"
                                                                     ^                                         ^
                                            Pengalaman/ Interaksi        Koherensi      Korespondensi
                                                                                                                ^
                                                     pendapat empirik         <- Didasarkan pada fakta


Koherensi&korespondensi -> bagaimana ilmu diperoleh telah melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah
                                                                                                  ^
                                                           Metode Ilmiah  <-  melalui penelitian

Penjelasan :
Manusia selalu memiliki rasa ingin tahu dari dalam dirinya, untuk memenuhi keingintahuannya tersebut manusia bertanya. Ketika manusia bertanya manusia mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan tersebut didapat juga melalui pengalaman/interaksi. Pengetahuan yang didapatkan manusia disebut pengetahuan ilmiah. Namun untuk dapat dikatakan pengetahuan ilmiah "ilmu" memerlukan beberapa syarat, yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi adalah benar dan konsistennya suatu pernyataan dengan pernyataan sebelumnya, sedangkan korespondensi adalah suatu pendapat logis atau berfikir rasional. Pendapat logis atau berfikir rasional ini dikatakan benar jika didasarkan pada fakta, yang dinamakan pendapat empirik. Pendapat empirik yaitu pendapat yang dapat dinalar secara rasio serta dibuktikan dengan empirik. 
Koherensi dan korespondensi bagaimana ilmu diperoleh telah melahirkan cara untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Yang dilakukan melalui penelitian, yang kemudian dituangkan melalui metode ilmiah. Penelitian sendiri adalah upaya mencari jawaban benar atas masalah berdasar pada logika dan didukung fakta empirik.
                                                                             

Jenis dan Contoh Penelitian


1.      Penelitian Menurut Tujuan
a.       Penelitian Murni adalah penelitian yang  dilakukan diarahkan sekedar untuk memahami masalah dalam organisasi secara mendalam (tanpa ingin menerapkan hasilnya). Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Jadi penelitian murni/dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu.
Ex : Penelitian tentang gen, DNA, penelitian yang berhubungan dengan penemuan dan pengembangan ilmu.
b.      Penelitian Terapan adalah penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Ex : Penelitian pendidikan yang berkaitan tentang bagaimana meningkatkan minat baca siswa, penelitian yang berkaitan dengan factor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar.
2.      Penelitian Menurut Metode
a.       Penelitian Survey adalah Penelitian yang dilakukan pada popolasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosilogis maupun  psikologis.
Ex : Penelitian mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat di pedesaan, penelitian mengenai kualitas tingkat pendidikan di pedesaan.
b.      Penelitian Ex.Post Facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. 
Ex : Penelitian mengenai menurunnya minat baca siswa, penelitian mengenai menurunnya hasil belajar siswa.
c.       Penelitian Eksperimen yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang  terkontrol secara ketat. Variabel independennya dimanipulasi oleh peneliti.
Ex : Penelitian mengenai pengaruh pupuk kompos terhadap kesuburan tanaman.
d.      Penelitian Naturalistik Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alami (sebagai lawannya) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
Ex : Penelitian mengenai ritual-ritual masyarakat jawa
e.       Policy Research Yaitu suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertinak secara praktis dalam menyelesaikan masalah.
Ex : Penelitian mengenai kebijakan baru pemerintah mengenai Undang-undang pornografi
f.       Action Research Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktifitas lembaga dapat meningkat. Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah: 1) situasi, 2) perilaku, 3) organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja, dan pranata.
Ex : Penggunaan metode Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa
g.      Penelitian Evaluasi merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk  dengan standar dan program yang telah ditetapkan. 
Ex : Penelitian mengenai kualitas guru setelah mengikuti program profesi
h.      Penelitian Sejarah Berkenaan dengan analisis yang logis  terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk merekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan, evaluasi, verifikasi, dan sintesa data diperoleh, sehingga ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan.
Ex : Penelitian mengenai rusaknya candi sewu di Prambanan
3.      Penelitian Menurut Tingkat Eksplanasi
a.       Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain.
Ex : Penelitian mengenai penggunaan teknologi computer di beberapa SD di pedesaan
b.      Penelitian Komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama dengan penelitian varabel mandiri tetapi untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. 
Ex : Penelitian mengenai kualitas air tanah di pedesaan dibandingkan di perkotaan.
c.       Penelitian Assosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. 
Ex : Penelitian mengenai hubungan kelengkapan media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa.
4.      Penelitian Menurut Jenis Dan Analisisnya
a.       Penelitian Kuantitatif  adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Ex : Penelitian mengenai pengaruh metode Snowball terhadap prestasi belajar siswa.
b.      Penelitian Kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Ex : Penelitian mengenai asal usul nama suatu daerah
c.       Penelitian Gabungan
Ex : Penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka, juga berupa data kualitatif sebagai pendukungnya,  seperti kata-kata atau kalimat yang tersusun dalam angket, kalimat hasil konsultasi atau wawancara antara peneliti dan informan.

Panduan Skripsi Ala Aku

BAB I
Pemilihan Judul
Sebelum kita memilih judul penelitian kita terlebih dahulu kita harus mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Menurut skema proses penelitian sebagai berikut :
Judul <- Masalah -> Tujuan -> Hipotesis -> Analisis -> Kesimpulan
Jadi intinya bukan judul terlebih dahulu yang harus kita cari atau kita pikirkan, akan tetapi permasalahan apa yang hendak kita lakukan. Baru setelah itu kita fikirkan judulnya. Hal ini karena perumusan masalah yang kita ambil akan menentukan :
1. Judul
2. Tujuan Penelitian
3. Kerangka konsep
4. Pembatasan Masalah
Contohnya :
Permasalahan : Kita akan meneliti tentang adanya pengaruh metode pembelajaran Snowball terhadap prestasi belajar siswa.
Maka dari permasalahan diatas dapat ditarik judul sebagai berikut : “Metode Pembelajaran Snowball Terhadap Prestasi Belajar Siswa”
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Snowball terhadap prestasi belajar siswa
Bersambung….

Gemuk Vs Kurus


Pengen tau buat jadi kurus atau jadi gemuk? Gue punya pengalaman langsung buat ngurusin atau ngegedein badan. Ini bukan iklan atau apa sih, cuma mau sharing aja. Siapa tau bermanfaat.
Pertama, gemukin badan!
Dulu kira-kira BB gue cm sekitaran 39 kg, nggak nyampe 40 kg. Padahal dengan tinggi sekitar 157an harusnya paling nggak BB gue harus 49 kg.an keatas ya? Tapi berkat segala daya upaya dan doa yang gue lakuin (halah) alhamdulillah sekarang BB gue udah pada kisaran ideal, sekitar 49-52. Wuehehehe (bangga) :-D
Ehm, begini kira-kira hal-hal yang kayaknya gue lakuin :
1. Terapi Air
Setelah bangun tidur minum 1,5 liter air putih (gag boleh gosok gigi dulu ya)! Ehm, kira-kira kl gag salah sekitar 6 gelas (gelanya yang gede jgn yg kecil!). Dan ini harus langsung diminum, untuk pemula bisa 3 gelas kemudian istirahat 15 menit kemudian dilanjutkan 3 gelas lagi. Selanjutnya sejam setelahnya tidak boleh makan apa-apa.
Lakukan hal ini rutin. Disamping bisa menormalkan berat badan karena dengan terapi air ini alat pencernakan kita dapat dibersihkan sehingga dapat berkerja optimal.
Gue dulu cuma bertahan selama 3 hari pemirsa! hahahaha... karena ternyata minum 1,5 liter air secara langsung amat sangat berat sekali! pertama-tama akan mual, pengen muntah. Tapi hasilnya gue akuin 10 jempol hebat!! selain badan lebih segar, nafsu makan juga semakin meningkat. ini mungkin sebabnya gue jadi bisa gemuk.
2. Minum Susu
Susu yang diminum pun tak sembarang susu! Setiap susu dipasaran pasti tertera banyaknya kalori, nah dilihat tuh.. Cari susu dengan kalori yang tinggi. Susu bubuk lebih banyak mengandung kalori dari pada susu cream (udah gue teliti, sumpah) perbedaan kalorinya cukup jauh berbeda. Ya... harganya juga cukup jauh sih bedanya :-D
Lalu aturan minumnya kalau bisa 3 kali sehari. hehehe. Jangan lupa sebelum tidur!
3. Makan dua kali lebih banyak dari sebelumnya
Karbonhidrat juga penting bagi tubuh kita. Usahakan makan dua kali lipat dari sebelumnya ( tapi karbonhidrat dalam jumlah banyak juga dapat menimbulkan diabetes!). Makan minimal 4 kali sehari! Dan kalau malam usahakan makan diatas jam 7!
4. DiInfus
Kenapa diinfus? Ini ada ceritanya. Tapi beneran bener-bener terjadi loh...


Bersambung…